BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan Islam di era pertengahan
tidak saja mewarisi pengetahuan Yunani dan Romawi, akan tetapi telah
memodifikasi dan menyempurnakan pengetahuan sebelumnya. Peradapan Yunani,
Romawi dan Persia jelas menyumbangkan pengetahuan yang sangat berharga bagi
seluruh dunia terutama filsafat.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi atas masalah-masalah yang ada, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu.
Masyarakat dunia harus mulai sadar bahwa tidak hanya filsafat Yunani dan
Romawi yang mendunia, tetapi filsafat India, filsafat Cina, filsafat Islam dan
filsafat Barat juga tidak kalah pamornya. Filsafat India menggusung keyakinan
akan kesatuan fundamental antara manusia (individu) dengan alam (kosmos).
Sedangkan filsafat Cina merupakan salah satu filsafat tertua dan
dipercaya menjadi salah satu filsafat dasar dari tiga filsafat dasar yang
mempengaruhi sejarah filsafat dunia.
Tampilnya filsafat Islam di area
pemikiran merupakan hasil interaksi agama Islam dengan faktor ekstern. Faktor
ekstern yang dimaksud adalah budaya dan tradisi non Islam yang sepanjang
sejarah diwakili oleh Eropa di belahan
Barat serta India, Iran dan Cina di belahan Timur.
Awal perkembangan filsafat Barat mulai ada di Yunani. Dalam filsafat
Barat tiap tahun memiliki ciri dan nuansa yang berbeda.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, pemakalah
merumuskan masalah sebagai berikut :
-
Bagaimana karakteristik
filsafat India, Cina, Islam dan Barat.
C. Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik dari filsafat India, Cina, Islam dan
Barat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Filsafat
India
Filsafat India mulai ada sejak
bangsa Arya masuk ke daratan India dari utara, yang sebelumnya telah di huni
oleh bangsa Dravida sekitar 1500 sebelum masehi (SM). Masuknya bangsa Arya ke
dalam kebudayaan Dravida tentu menghasilkan sebuah perpaduan budaya atau
tradisi baru di India.
Filsafat India memang jarang atau
tidak terlalu sering mendapat perhatian masyarakat dunia, karena masyarakat
dunia lebih senang membahas mengenai filsafat Yunani ataupun filsafat Islam.
Filsafat India mengusung keyakinan akan kesatuan fundamental antara alam dengan
manusia. Dengan demikian tidaklah mustahil jika filsafat India bisa jadi solusi
bagi krisis spiritual dengan alam saat ini.
Filsafat India tidak mengajarkan
seseorang untuk menguasai alam, tetapi untuk berteman dengan alam . mendidik
seseorang agar mempunyai kearifan local dalam menelaah masalah hidup. Banyaknya
catatan sejarah yang hilang serta kurangnya tokoh India zaman dulu yang kurang
menuliskan kisahnya menjadi salah satu kesulitan yang dihadapi pengkaji
filsafat India.
Cukup banyak kesalahpahaman terjadi
dalam memandang filsafat India. Filsafat India sering dikaitkan dengan mistik
tanpa adanya logika, berdasarkan instuisi supranatural, hanya filsafat pemujaan
sakti, yaitu kekuatan dewi dalam bentuk energi. Berkembangnya filsafat India
membuktikan eksistensi mereka yang benar-benar menggedepankan nilai-nilai
spiritual, cinta kasih dan persaudaraan.
Perkembangan filsafat India
mengalami pembabakan selama lima periode antara lain :
1.
Perkembangan filsafat India
pada zaman Veda (2000 – 600 SM)
Filsafat Veda adalah filsafat yang
membahas pikiran-pikiran yang terkandung dalan bagian mantra-mantra kitab suci
Veda. Mantra-mantra tersebut merupakan bagian paling tertua dari seluruh
kesustraan Veda yang pada dasarnya berupa pemujaan, pujian, permohonan kepada
dewa-dewa yang dipuja.
Kemudian, penafsiran dari Veda semakin
berkembang dan melahirkan kitab Brahmana, Upanishad, dan Saivagama. Ke empat
kitab suci ini menjadi sumber utama filsafat India serta dianggap sebagai kitab
suci agama Hindu. Dari keempat kitab suci tersebut, kitab Upanishad bisa
dikatakan lebih kaya akan nilai-nilai filsafat India.
2.
Perkembangan filsafat India
pada zaman Skeptimisme (600 SM – 300 M)
Perkembangan filsafat India pada zaman
ini ditandai dengan munculnya ajaran Sidharta Gautama ( buddhisme ) yaitu
ajaran yang memberikanpedoman praktis untuk mencapai keselamatan. Buddhisme
merupakan penggerak reformasi kehidupan spiritual India. Buddhisme juga
menawarkan sesuatu yang mudah diterima masyarakat luas. Ia menggajarkan protes
keras terhadap agama Brahmaoa. Dalam perkembangannya, filsafat India pada masa
ini muncul pula ajaran lain yaitu Jainisme ( Jaina ). Jaina merupakan sebuah
agama dan masih ada di India.
Semua ajaran ini dilandasi oleh
pemikiran yang sama yaitu Skeptis (keraguan). Jika diberbagai tradisi,
pemikiran sikap Skeptis jadi tonggak lahirnya pemikiran baru, begitu pula di
filsafat India. Ajaran-ajaran ini dengan kandungan filsafat, dianggap lebih
menarik dari pada ritualisme dan spekulasi para imam dan rahib agama Hindu.
3.
Perkembangan filsafat India
pada zaman Puranis (300 – 1200 M)
Perkembangan filsafat India pada zaman
ini ditandai dengan mulai lenyapnya penggaruh Buddhisme. Pada zaman Puranis di
sebut abad pertengahan. Pada masa ini lebih banyak diwarnai spekulasi teologis,
khususnya mengenai inkarnasi dewa-dewa dengan avatari ( pewujutan dewa dalam
bentuk manusia ) masing-masing. Tercemin dalam berbagai karya sastra pada saat
itu, yaitu dua epos besar Mahabharata dan Ramayana.
4.
Perkembangan filsafat India
pada zaman Muslim (1200 – 1757 M)
Perkembangan filsafat India pada zaman
ini ada dua pemikiran yang berkembang, yaitu pemikiran yang mencoba
menggembangkan suatu ajaran (agama) universal. Pemikiran yang lain pemikiran
yang terjadi perpaduan antara ajaran Islam dan Hinduisme. Di kemudian hari
ajaran pemikiran ini berkembang menjadi aliran Sikh.
5.
Perkembangan filsafat India
pada zaman Modern (pasca 1757)
Perkembangan filsafat India pada zaman
ini ditandai dengan kembalinya nilai-nilai klasik India bersama dengan
reformasi sosial. Seperti yang diajarkan oleh Raja Ram Mohan Roy, mengenai
monotoisme berdasarkan Upanishad dan moral berdasarkan khotbah di bukit.
Melalui setiap masa dengan para
pemikir yang berkreasi didalamnya filsafat India terus berkembang. Membuka
dialog dengan filsafat Barat tanpa melepas ciri khas filsafat India yang
menggedepankan harmoni antara manusia dengan alam.
B. Karakteristik Filsafat
Cina
Filsafat cina adalah filsafat tertua
di dunia dan dipercaya menjadi salah satu filsafat dasar dari tiga filsafat
dasar yang mempengaruhi sejarah perkembangan dunia, disamping filsafat India
dan filsafat Barat. Berdasarkan penemuan arkeologis, filsafat Cina sudah ada
sebelum Neolitik baik disebelah timur laut maupun barat laut. Pada periode tersebut
kehidupan komunitas suku berpusat pada penyembahan dewa-dewa leluhur dan
dewa-dewa alam. Tradisi pemikiran filsafat di Cina bermula sekitar abad ke 6 SM
atau pada masa pemerintahan dinasti Chao. Pemerintahan dinasti Chao mengalami
perpecahan dan perang diantara raja-raja kecil yang menguasai wilayah yang
berbeda-beda. Akibatnya rakyat sengsara, dihantui kelaparan dan ratusan ribu
meninggal dunia yang disebabkan peperangan dan pemberontakan yang bertubi-tubi.
Dengan adanya kekacauan ini, mendorong sejumlah kaum terpelajar untuk bangkit
dan mulai memikirkan bagaimana mendorong masyarakat berusaha menata kembali
kehidupan sosial dan moral mereka dengan baik.
Kaum terpelajar ini juga tersingkir
dari kehidupan politik dan pemerintahan, karena pada saat negeri dilanda perang
yang diperlukan adalah para jendral dan penggambil kebijakan politik, bukan
para terpelajar. Selanjutnya para bangsawan, jendral dan pejabat berlomba-lomba
melakukan tindakan penyelewengan, korupsi, menimbun harta dan kekuasaan, mereka
memanfaatkan situasi, sehingga mereka saling menghasut hingga perpecahan tidak
bisa dihindari.
Di latarbelakangi keadaan seperti
itu. Filsafat Cina lebih banyak memusatkan perhatian pada persoalan politik,
kenegaraan dan etika. Kecenderungan inilah yang membuat filsafat Cina memiliki
cirri yang berbeda dari filsafat India, Yunani dan Islam.
Para ahli sejarah pemikiran,
mengemukaan beberapa karakteristik filsafat Cina, antara lain :
1.
Dalam pemikiran, kebanyakan
orang Cina antara teori dan pelaksanaannya tidak dapat di pisahkan.
2.
Secara umum filsafat Cina
bertolak dari semacam humanisme atau kemanusiaan yaitu manusia dan perilakunya
dalam masyarakat dan peristiwa-peristiwa kemanusiaan menjadi perhatian utama.
3.
Dalam pemikiran filosof
Cina, etka dan spiritualitas atau kerohanian menyatu secara terpadu. Artinya
etika dianggap sebagai intipati kehidupan manusia dan sekaligus tujuan
hidupnya. Di hal lain konsep kerohanian diungkapkan melalui perkembangan jiwa
seseorang. Etika spiritulitas seseorang melalui moral dan etikanya dalam
kehidupan sosial,kenegaraan dan politik. Sedangkan untuk etika dan kehidupan
sosial adalah kesalehan dan kearifannya.
4.
Meskipun menekankan pada
persoalan manusia sebagai makhluk sosial, persoalan yang bersangkut paut dengan
pribadi atau individu tidak dikesampingkan, artinya kesetaraan, persamaan dan
kesederajatan manusia dapat perhatian besar.
5.
Mengajarkan sikap optimis
dan demokratis. Artinya bahwa manusia dapat mengatasi persoalan-persoalan
hidupnya dengan menata dirinya melalui berbagai kebijakan praktis serta
menghargai kemanusiaan. Sikap demokratis membuat bangsa Cina toleran terhadap
pemikiran yang beranekaragam dan tidak cenderung memandang sesuatu secara
hiotam atau putih.
6.
Agama dipandang tidak
terlalu penting disbanding kebijakan berfilsafat. Artinya masyarakat di
anjurkan mengurangi pemborosan dalam penyelenggaraan upacara keagamaan atau
penghormatan pada leluhur.
7.
Penghormatan terhadap
kemanusiaan dan individu tampak dalam filsafat hokum dan politik. Artinya
pribadi dianggap lebih tinggi nilainya disbanding aturan-aturan formal yang
absrtak dari hokum, undang-undang dan etika. Dalam memandang sesuatu tidak
berdasarkan mutlak benar dan mutlak salah.
8.
Dilihat dari sudut pandang
intelektual, para filosof Cina berhasil membangun etos masyarakat Cina seperti
mencintai, belajar dan mendorong orang gemar melakukan penelitian mendalam atas
segala sesuatu yang belum terpecahkan.
C. Karakteristik Filsafat
Islam
Tampilnya filsafat Islam diarea
pemikiran merupakan hasil interaksi agama Islam dengan factor ekstern. Factor
ekstern yang di maksud adalah budaya dan tradisi non Islam yang sepanjang
sejarah yang diwakili oleh Eropa dibelahan barat serta India, Iran dan Cina
dibelahan timur. Kemajuan Islam diera pertengahan tidak saja mewarisi pengetahuan
Yunani dan Romawi, akan tetapi telah memodifikasi dan menyempurnakan
pengetahuan sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil usaha kreatif
cendekiawan muslim seperti Al kindi Ibn Sina, Al- Farabi, Al-Razi dan
setelahnya. Selain mengadopsi kekayaan pengetahuan, mereka juga melahirkan
teori dan pemikiran orisinil yang sama sekali baru.
Peradaban Yunani, Persia dan Romawi
jelas menyumbangkan peradapan yang sangat berharga bagi Islam.pusat urat
syarafnya berada di akademi terbesar pada masa itu, yaitu Akademi Jundi Shapur
di Persia di bagian tenggara. Bahkan bukan itu saja, setelah lahirnya Islam dan
penaklukan Persia oleh orang-orang Arab, perkembangan kebudayaan terpenting
dalam Islam, misalnya bidang sains, teknologi, matematika, logika, filsafat,
Kimia dan lain-lain adalah kontribusi pemikiran dan cendikiawan Persia yang
pada permulaan abad-abad Islam telah menulis dalam bahasa Arab dan atas nama
Islam.
Filsafat Islam memiliki
karakteristik yang sekaligus sebagai keunikkan tersendiri. Setidaknya ada 3
karakteristik yang dapat pemakalah kemukakan, yaitu : peripatetisme
(masysya’iyyah), iluminasi (israqiyah), dan teosofi trasenden (al hikma-muta’aliyah).
1.
Peripatetisme adalah paham
kelanjutan dari pengaruh ide-ide Aristoteles yang bersifat
deskursif-demotrasional. Corak dari Aristoteles yaitu suatu paham yang
cenderung bersifat material. Peripatetisme dimulai sejak Al-Kindi.
2.
Iluminasi adalah suatu
kilatan atau dadakan dalam bentuk pemahaman atau ilham sebagai suatu arus
cahaya serta upaya-upaya religious dan mistik dalam dunia ilmiah. Artinya
sebuah kebenaran dapat diukur dengan pengalaman intuitif yang kemudian
diverifikasikan secara logis dan rational.
3.
Teosofi trasenden
diperkenalkan oleh Mulla Shadra. Dia membangun aliran baru filsafat dengan
semangat untuk mempertemukan berbagai aliran pemikiran yang berkembang
dikalangan kaum muslim. Filsafat ini cenderung berbicara masalah esensi
(wujud), sehingga sering disebut-sebut sebagai eksistensialisme Islam. Aliran
ini mempercayai bahwa pengetahuan diperoleh tidak melalui penalaran rasional,
tetapi hanya melalui penyaksian batin.
Filsafat Islam merupakan filsafat
yang seluruh cendekiawannya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara
filsafat Islam dengan filsafat lain, yaitu :
1.
Meskipun semula
filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama
Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikan dengan ajaran Islam.
2.
Islam adalah agama tauhid
maka bila dalam filsafat lain masih “ mencari Tuhan”. Dalam filsafat Islam
justru Tuhan “sudah ditemukan”, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak
dibahas lagi, namun filsafat Islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia
dan alam, karena sebagaimana kita ketahui pembahasan Tuhan hanya akan menjadi
sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
Kehadiran filsafat berpotensi untuk
membantu penyelesaian problem-problem dasar kemanusiaan. Bahkan dikatakan bahwa
filsafat bisa menyelesaikan problem-problem kongkrit dalam kehidupan manusia.
Dengan berpijak kembali kepada filsafat Islam, diharapkan bisa menentaskan
pengetahuan dan kearifan religious yang bernilai tinggi. Akar-akar persoalan
modernitas yang menyeret manusia kedalam dunia dapat disadarkan lewat
penelusuran filsafat Islam.
D. Karakteristik Filsafat
Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang
biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di eropa dan
jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi filsafat Yunani kuno.
Tokoh-tokoh utama filsafat Barat antara lain : Plato, Thomas Aquinas, Rene
Descartes, Immanuel Kant, George Hegel dan lain-lain.
Dalam tradisi filsafat Barat,
dikenal dengan adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu,
diantaranya :
-
Metafisika mengkaji hakekat
segala yang ada. Dalam hal ini hakekat yang ada secara umum dikaji secara
khusus dalam antologi. Sedangkan hakekat manusia dan alam dibahas dalam
kosmologi.
-
Epistemology mengkaji
tentang hakekat dan wilayah pengetahuan. Dalam hal ini membahas berbagai hal
tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
-
Aksiologi membahas nilai
atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah 2
cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia yaitu etika dan
estetika.
-
Etika atau filsafat moral
membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan
bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu diketahui. Beberapa hal yang
dibahas disini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati dan
lain-lain.
-
Estetika membahas mengenai
keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari sinilah lahirlah berbagai macam
teori mengenai kesenian dari berbagai macam hasil budaya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Filsafat adalah studi
tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat biasanya diklasifikasikan menurut
daerah geografis dan latar belakang budaya.
2.
Karakteristik filsafat
India mengusung keyakinan akan kesatuan fundamental antara alam dan manusia.
Filsafat India mengalami pembabakan
selama 5 periode antara lain :
-
Perkembangan filsafat India
pada zaman Veda
-
Perkembangan filsafat India
pada zaman Skeptisisme
-
Perkembangan filsafat India
pada zaman Puranis
-
Perkembangan filsafat India pada zaman Muslim
-
Perkembangan filsafat India
pada zaman Modern
3.
Karakteristik filsafat Cina
adalah toleransi dalam keterbukaan untuk pendapat-pendapat yang sama sekali
berbeda dari pendapat-pendapat pribadi. Filsafat Cina kuno memandang soal
perubahan dan trasformasi sebagai sebuah sifat dunia yang tidak bisa
direduksikan lagi, termasuk didalamnya benda-benda dan manusia itu sendiri.
4.
Karakteristik filsafat
Islam sebagai filsafat yang mempunyai keunikan tersendiri. Setidaknya ada 3
karakteristik yang di kemukakan pemakalah antala lain : peripatetisme,
iluminasi, teosofi trasenden.
5.
Dalam tradisi filsafat
Barat dikenal dengan adanya pembidangan, antara lain : metafisika,
epistemology, aksiologi, etika dan estetika.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Drs. Burhanuddin Salam,
2012, Pengantar Filsafat, Bumi Aksara.
2.
Putu Suamba I.B, 2003,
Dasar-dasar Filsafat India.
3.
Mujtahid, 2005,
Karakteristik Filsafat Islam, UIN Malang.
4.
http://iccsg.wordpress.com/2006/09/04/rangkuman-filsafat-cina/
MAKASIH..
BalasHapusThanks
BalasHapus